Entry tags:
SPN: minggat
I was contemplating maybe holding off on posting this until I actually wrote a real fic out of it, but I mean. This is pretty much just 300ish words of language practice and composition exercise, so I wanna keep it low-pressure. Finding my sea legs, if the sea were Bahasa Indonesia.
As it is right now, it's just the beginning of some casefic. Again, feel free to point out my grammar/phrasing/slang errors. I would like my Indonesian to improve!
Dean bangun sendirian.
'Gak apa-apa, deh. Pasti Sam lagi beli sarapan. Dean mengirim text ke Sam -- 'beliin donat dong' -- dan masuk kamar mandi, cuci, gosok gigi, cukur. Bahunya masih pegal karena perkelahian dengan vampir-vampir kemarin, tapi ya, itu sudah biasa.
Yang tidak biasa adalah ini: Dean melihat keluar jendela, dan mobilnya masih ada di tempat parkir. Motel ini sama sekali tidak dekat restoran ataupun toserba. Yang dekat cuma jalan tol saja.
Jadi Sam kemana?
Dean coba menelepon, tapi Sam tidak menjawab. Dia mencari sekeliling motel: tidak ada. Menanya resepsionis: maaf, saya tidak melihatnya. Di tempat parkir, ada seorang membawa koper ke kamarnya -- Hey, bung! Kamu lihat laki-laki setinggi ini, rambut coklat agak panjangan? Tidak? Oke, trims.
Dean kembali ke kamar dan tiba-tiba menyadari: baju-baju Sam tidak ada. Tasnya, komputernya, buku-bukunya. Semua yang dimiliki Sam tidak ada.
Oke. Oke, jangan panik. Ini belum--ini bukan waktunya panik. Sam, dasar brengsek, memangnya dia mau pergi kemana? Kenapa?
Dean menelepon Cas, dan si malaikat menjawab setelah satu deringan. "Dean."
"Cas! 'Loe sibuk?"
"Ya. Aku mencari--"
"Bokapmu, ya, oke. Cas, Sam nggak ada."
"Apa maksudmu?"
"Dia menghilang. Kabur atau apa, 'gak tahu. Aku perlu bantuanmu, nih."
"Kamu yakin Sam tidak ada?"
"Sangat yakin, Cas, karena Sam tidak ada disini. Barangnya 'gak disini. Dia minggat!"
"Ini bisa bahaya," kata Cas. "Sendirian, Lucifer akan lebih gampang menekamnya."
"Sam nggak jawab teleponnya."
Dan tiba-tiba, Cas berada di depan Dean. Setengah meter di depan Dean, karena malaikat mungkin agak tolol kalau dibilangin 'jangan berdiri terlalu dekat'. Rambutnya agak berantakan, seperti biasa, dan dia kelihatan kecapaian. Kalau lagi mencari Tuhan, memangnya harus cari kemana? Dean tidak pernah terlalu bertanya tentang Ayahnya si Cas. Sopan santun, sih. Dean juga tidak suka kalau orang terlalu bertanya tentang John. Tapi Cas kok kelihatannya agak lemah sejak Carthage, dan Dean penasaran.
Cas berkata dengan serius, "Selamat pagi, Dean."
"Cas," keluh Dean, "kadang-kadang aku bener-bener benci adikku."
Si malaikat mengangguk, "Keluarga kadang-kadang susah."
As it is right now, it's just the beginning of some casefic. Again, feel free to point out my grammar/phrasing/slang errors. I would like my Indonesian to improve!
Dean bangun sendirian.
'Gak apa-apa, deh. Pasti Sam lagi beli sarapan. Dean mengirim text ke Sam -- 'beliin donat dong' -- dan masuk kamar mandi, cuci, gosok gigi, cukur. Bahunya masih pegal karena perkelahian dengan vampir-vampir kemarin, tapi ya, itu sudah biasa.
Yang tidak biasa adalah ini: Dean melihat keluar jendela, dan mobilnya masih ada di tempat parkir. Motel ini sama sekali tidak dekat restoran ataupun toserba. Yang dekat cuma jalan tol saja.
Jadi Sam kemana?
Dean coba menelepon, tapi Sam tidak menjawab. Dia mencari sekeliling motel: tidak ada. Menanya resepsionis: maaf, saya tidak melihatnya. Di tempat parkir, ada seorang membawa koper ke kamarnya -- Hey, bung! Kamu lihat laki-laki setinggi ini, rambut coklat agak panjangan? Tidak? Oke, trims.
Dean kembali ke kamar dan tiba-tiba menyadari: baju-baju Sam tidak ada. Tasnya, komputernya, buku-bukunya. Semua yang dimiliki Sam tidak ada.
Oke. Oke, jangan panik. Ini belum--ini bukan waktunya panik. Sam, dasar brengsek, memangnya dia mau pergi kemana? Kenapa?
Dean menelepon Cas, dan si malaikat menjawab setelah satu deringan. "Dean."
"Cas! 'Loe sibuk?"
"Ya. Aku mencari--"
"Bokapmu, ya, oke. Cas, Sam nggak ada."
"Apa maksudmu?"
"Dia menghilang. Kabur atau apa, 'gak tahu. Aku perlu bantuanmu, nih."
"Kamu yakin Sam tidak ada?"
"Sangat yakin, Cas, karena Sam tidak ada disini. Barangnya 'gak disini. Dia minggat!"
"Ini bisa bahaya," kata Cas. "Sendirian, Lucifer akan lebih gampang menekamnya."
"Sam nggak jawab teleponnya."
Dan tiba-tiba, Cas berada di depan Dean. Setengah meter di depan Dean, karena malaikat mungkin agak tolol kalau dibilangin 'jangan berdiri terlalu dekat'. Rambutnya agak berantakan, seperti biasa, dan dia kelihatan kecapaian. Kalau lagi mencari Tuhan, memangnya harus cari kemana? Dean tidak pernah terlalu bertanya tentang Ayahnya si Cas. Sopan santun, sih. Dean juga tidak suka kalau orang terlalu bertanya tentang John. Tapi Cas kok kelihatannya agak lemah sejak Carthage, dan Dean penasaran.
Cas berkata dengan serius, "Selamat pagi, Dean."
"Cas," keluh Dean, "kadang-kadang aku bener-bener benci adikku."
Si malaikat mengangguk, "Keluarga kadang-kadang susah."